Gerakan Mahasiswa Kaltim
Lemah Kritisi Masalah Bangsa
Bila kita menilik kebelakang, Gerakan mahasiswa di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan sangat berani meneriakkan kebenaran. Kita bisa memahami bahwa perbedaan pergerakan memang selalu ada pada setiap era, seperti saat peruntuhan orde lama ke orde baru dan orde baru ke reformasi. Lalu bagaimana kondisi mahasiswa sekarang dalam sebuah pergerakan? Khususnya pergerakan mahasiswa Kaltim di era otonomi daerah kini?
Sejak reformasi digulirkan tahun 1998 dengan runtuhnya rezim orde baru, mahasiswa dielu-elukan masyarakat sebagai pejuang perbaikan kehidupan mereka. Namun dalam perjalanan sepuluh tahun reformasi, kondisi gerakan mahasiswa dinilai kurang kritis, terutama dalam mengawal agenda reformasi yang telah diperjuangkan sebelumnya.
Setelah kurang lebih satu dasa warsa lamanya kita berada dalam era reformasi dengan romantisme sejarah pergerakan rekan-rekan mahasiswa yang menumbangkan rezim orde baru, sudah saatnya kini mahasiswa diharapkan mampu mengakumulasikan ide-ide perlawanan yang telah berserakan akibat pengkotak-kotakan gerakan mahasiswa. Jika seluruh elemen mampu mengakumulasikan ide-ide perlawanan terhadap ketidakadilan negara pada rakyatnya maka semua itu menjadi sebuah kekuatan yang dapat menghancurkan ketidakadilan sistem.
“Tetapi sayangnya di Kalimantan Timur saat ini mahasiswa sedang tren dengan organisasi kedaerahan. Apalagi dengan otonomi daerah yang didengung-dengungkan, sehingga membuat para mahasiswa di Kaltim kemudian mengkotak-kotakkan diri dalam lembaga mahasiswa kedaerahan untuk tingkat kabupaten dan kotanya masing-masing. Padahal sudah terbukti perlawanan kedaerahan tidak akan pernah menang melawan ketidakadilan.
Selain dihadapkan pada kondisi gerakan yang sudah terkotak-kotak dalam organisasi kedaerahan, gerakan mahasiswa di Kaltim juga sedang mengalami stagnasi. Bahkan, gerakan mahasiswa telah menjadi pelacur-pelacur politik seperti menjadi kaki tangan para politisi. Hal inilah yang menyebabkan apatisme masyarakat pada gerakan mahasiswa di Kaltim. Memasuki Tahun 2009 ini, mahasiswa harus mampu melakukan gerakan untuk merekontruksi demokrasi yang sedang berjalan.
Mungkin beberapa kawan mahasiswa akan sepakat, bila saya mengungkapkan bahwa demokrasi yang ada di negeri ini adalah bersifat retorika belaka. Buktinya negara masih belum memenuhi hak-hak dasar rakyatnya. Padahal sesungguhnya hakekat dari negara demokrasi adalah terpenuhinya seluruh hak-hak dasar warga negara. Sedangkan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah krisis demokrasi diseluruh sektor.
Ada segudang persoalan terjadi di negeri kita pada hari ini, lalu kemana dan mana peran gerakan mahasiswa di Kaltim seharusnya? Apakah menjadi penonton dan hanya berdiam diri, menjadi pembela kepentingan rakyat atau justru menjadi pembela kepentingan para politikus belaka.
Yang lebih membuat miris adalah, gerakan mahasiswa Kaltim pada saat ini justru semakin mengarah kepada gerakan bersifat hedonis. Artinya gerakan mahasiswa sudah mengarah persis seperti perilaku para politisi yang ada saat ini.
Contoh banyaknya para aktivis mahasiswa lebih sudah menonjolkan diri dengan cara menempelkan poster-poster dirinya dispanduk-spanduk dan dipajang di kampus agar dikenal oleh mahasiswa lainnya. Belum lagi para aktivis BEM-BEM seolah-olah seperti menjadi para pejabat kampus ditingkat mahasiswa,” ungkap dia, seraya mempertanyakan sejauh mana BEM tanggap terhadap persoalan kampus dan mahasiswa.
Beberapa rekan mahasiswa di kaltim juga mengungkapkan bahwa gerakan mahasiswa di Kaltim kini terkotak-kotakan pula pada persoalan ideologi gerakan. Sehingga tidak mampu melakukan gerakan secara bersama-sama untuk mengusung suatu perubahan di daerah ini.
Seharusnya, gerakan mahasiswa saat ini memberikan advokasi pada rakyat dan tanggap dengan berbagai persoalan baik kampus, daerah dan negara. Selain itu, membangun isu bersama melakukan perubahan dan membuat suatu strategi planning gerakan. Sudah saatnya mahasiswa Kaltim untuk kembali merapatkan barisan dan melakukan sebuah pergerakan yang mampu memberikan konstribusi riil untuk pembangunan Kaltim yang berbasis sosial kemasyarakatan.