Mahasiswa, layakkah kita disebut sebagai "agen of change"? "sosial control" "kaum intelektual" insan akademis dan lain sebagainya??
Tentunya jawaban itu ada dalam diri kita masing-masing. sejauh mana kita memaknai hakikat kita sebagai mahasiswa dan posisi kita dalam pembangunan daerah.
Sebagai putera dan puteri daerah, sudah selayaknya wawasan kedaerahan menjadi salah satu hal yang harus dimiliki oleh setiap kita.

WAWASAN kedaerahan tidak harus diartikan dengan berpartisipasi secara langsung untuk bekerja dan mengabdi di pemerintah daerah asal, tapi bisa juga di daerah lain dengan tetap membawa nama baik SEBATIK khususnya dan kabupaten Nunukan umumnya.

Kita Para putra-putri daerah yang saat ini menimba ilmu di luar daerah bisa menunjukkan kepedulian dalam pembangunan daerah dengan berbagai cara, seperti ikut membangun citra yang baik, berprestasi di bidang keilmuan masing-masing dan membawa nama baik daerah. ?Yang terpenting adalah adanya komitmen dalam membangun, di mana pun berada,?

Khusus untuk mahasiswa Asal SEBATIK Kabupaten Nunukan yang ada di Makassar saat ini, yang bisa dilakukan adalah meningkatkan keterampilan, kecakapan dan kemampuan individu masing-masing agar memiliki bekal yang cukup untuk berkompetisi dan mampu membaca peluang.

Sebagai makhluk intelek, sudah selayaknya kita harus dapat menemukan formula yang tepat untuk mengembangkan diri. Mulai dari komponen yang terkecil yaitu diri sendiri, dengan cara belajar dengan baik dan tidak mencemari nama baik daerah,?
Satu hal yang tentunya menjadi kewajiban kita para pelajar dan mahasiswa untuk turut berperan serta memberikan kontribusi berupa saran maupun kritikan yang sifatnya membangun. Sebagai insan akademik, peran serta para mahasiswa sebagai kontrol sosial sangat diperlukan demi majunya Suatu daerah.
Akhirnya, marilah kita membuka paradigma berpikir yang kritis, kreatif, inovatif untuk memaksimalkan peran serta generasi muda dalam pembangunan daerah.