PROBLEM SOLVING
Feri Wahyudi

Masalah : Sebuah Blokade yang Harus di Singkirkan
Menjadi manusia efektif tidak saja menuntut optimalisasi keunggulan semata melainkan ada kebutuhan lain yang sebesar optimalisasi, yaitu menyingkirkan blokade. Blokade adalah barrier (halangan / problem) yang menghambat potensi kita untuk dapat berfungsi seperti yang kita maksudkan sehingga akhirnya menjadi tidak efektif atau banyak menelan pemborosan energi, waktu dan konsentrasi. Ibarat sebuah talang, jika air tidak mengalir selancar yang seharusnya terjadi berarti terdapat kemungkinan tanda tanya, “there is something technically/strategically wrong”. Bisa jadi talang itu bocor dan membuat kucuran air membanjiri tempat lain yang tidak diinginkan atau aliran air terhalang oleh tumpukan benda-benda kecil. Peristiwa di mana orang menjalani hidup tidak efektif (sebagaimana talang) tidak selamanya disebabkan oleh faktor ketidakmampuan (over-burden) tetapi oleh adanya kebocoran atau kemampetan.
“Semua orang punya masalah”, sebuah ungkapan yang seringkali kita dengarkan, entah mungkin karena masalah memang selalu menjadi bagian dalam hidup manusia, ataupun karena potensi-potensi untuk mendapatkan masalah selalu ada pada setiap individu, hal ini mengutip sebuah ungkapan lagi yang menyatakan “no body is perfect”. Lalu apakah sebenarnya definisi dari masalah itu sendiri?, Tak ada definisi yang jelas mengenai apa sebenarnya masalah itu, akan tetapi sebagian filsuf mentakan bahwa masalah terjadi ketika tidak berkesinambungannya antara harapan-harapan dan kenyataan. Sebuah masalah terjadi karena adanya hokum sebab akibat, sebuah masalah pasti ada penyebabnya, dan bias jadi suau akibat yang di timbulkan oleh sebab-sebab tertentu akan menghasilkan maslah (akibat-akibat) yang lain pula.
Bagaimana pula seharusnya kita sebagai individu khususnya di masa remaja yang merupakan masa yang penuh gejolak dengan segenap permasalahan yang kompleks pada masa-masa perkembangan mental dan psikologis ini?.
Pada masa usia remaja, mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja , seseorang mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri (self-awareness). Dimana seseorang akan sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena ia menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritiknya seperti ia mengagumi atau mengkritik dirinya sendiri. Anggapan itu membuat seorang remaja sangat memperhatikan dirinya dan citra yang direfleksikan (self-image).

“every one have a different way to answer”
Beberapa masalah dan keputusan sangat menantang, dan membutuhkan sejumlah pemikiran, emosi, dan penelitian. Langkah-langkah pedoman ini dirancang untuk membantu kita untuk membuat keputusan yang baik.
Kemauan - Mengutamakan yang Utama
Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup teratur - mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan disiplin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.
Kesadaran Diri - Proaktif
Hal yang pertama yang patut menjadi perhatian adalah, kesadaran dari diri individu itu sendiri, bagaimana untuk menghadapi suatu permasalahan. Kesadaran-diri adalah kemampuan kunci untuk memahami orang lain dan dunia ini ‘what is happening and how something takes the process to happen’. Bahkan kesadaran diri merupakan pintu untuk mengenal di mana sebenarnya keunggulan /kelemahan diri kita. Dengan kesadaran-diri yang tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas bumi dan tidak ragu-ragu dalam bertindak. Kemampuan tentang kesadaran-diri apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif: memiliki kemampuan untuk memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan.
Semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah. Pada level aktualisasi kemampuan yang rendah, kebiasaan hidup yang dihasilkan tidak efektif ( talang bocor) yaitu kebiasaan reaktif – tidak memiliki kemampuan memilih alias dibentuk oleh bagaimana orang lain dan keadaan membentuknya. Di level ini semua persoalan besar/kecil akan membuat dirinya ‘bingung’ - terombang ambing, bahkan bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil.
Keleluasaan – Langkah Taktis
Prosedur ini tampak seperti kalau seseorang bergerak teratur langkah demi langkah. Bukan hal ini yang dimaksud. Langkah-langkah ini memudahkan mempersiapkan suatu struktur kerjaterhadap permasalahan . Semua ini tumpang tindih, dan kita boleh kembali pada langkah awal atau mengerjakannya secara serentak, sejauh kita masih berpikir ini sebagai pemecahan yang terbaik.
Contoh Fleksibilitas (kelenturan):
· Informasi terjadi di semua langkah, berawal dari pengenalan masalah dan penerapan pemecahannya.
· Informasi baru dapat mendorong kita untuk mendifinisikan kembali permasalahan.
· Alternatif mungkin tidak dapat dikerjakan, dan kita harus menemukan sesuatu yang lain.
· Beberapa langkah mungkin dapat digabungkan atau disederhanakan
Teknik-teknik penyesuaian pemecahan masalah merupakan gabungan antara logika dan daya pikir, dan jika tidak tepat, akan menciptakan jalan keluar yang kurang memuaskan.

Label: