08.04
very_oe02
1 comments

Peran Pelajar dan Mahasiswa dalam Pembanguan Daerah

Mahasiswa, layakkah kita disebut sebagai "agen of change"? "sosial control" "kaum intelektual" insan akademis dan lain sebagainya??
Tentunya jawaban itu ada dalam diri kita masing-masing. sejauh mana kita memaknai hakikat kita sebagai mahasiswa dan posisi kita dalam pembangunan daerah.
Sebagai putera dan puteri daerah, sudah selayaknya wawasan kedaerahan menjadi salah satu hal yang harus dimiliki oleh setiap kita.

WAWASAN kedaerahan tidak harus diartikan dengan berpartisipasi secara langsung untuk bekerja dan mengabdi di pemerintah daerah asal, tapi bisa juga di daerah lain dengan tetap membawa nama baik SEBATIK khususnya dan kabupaten Nunukan umumnya.

Kita Para putra-putri daerah yang saat ini menimba ilmu di luar daerah bisa menunjukkan kepedulian dalam pembangunan daerah dengan berbagai cara, seperti ikut membangun citra yang baik, berprestasi di bidang keilmuan masing-masing dan membawa nama baik daerah. ?Yang terpenting adalah adanya komitmen dalam membangun, di mana pun berada,?

Khusus untuk mahasiswa Asal SEBATIK Kabupaten Nunukan yang ada di Makassar saat ini, yang bisa dilakukan adalah meningkatkan keterampilan, kecakapan dan kemampuan individu masing-masing agar memiliki bekal yang cukup untuk berkompetisi dan mampu membaca peluang.

Sebagai makhluk intelek, sudah selayaknya kita harus dapat menemukan formula yang tepat untuk mengembangkan diri. Mulai dari komponen yang terkecil yaitu diri sendiri, dengan cara belajar dengan baik dan tidak mencemari nama baik daerah,?
Satu hal yang tentunya menjadi kewajiban kita para pelajar dan mahasiswa untuk turut berperan serta memberikan kontribusi berupa saran maupun kritikan yang sifatnya membangun. Sebagai insan akademik, peran serta para mahasiswa sebagai kontrol sosial sangat diperlukan demi majunya Suatu daerah.
Akhirnya, marilah kita membuka paradigma berpikir yang kritis, kreatif, inovatif untuk memaksimalkan peran serta generasi muda dalam pembangunan daerah.

07.56
very_oe02
1 comments

Indonesiaku, Indonesiamu, "Indonesia" ???

Salamku untukmu,Teman Seperjuanganku...
Saat ini kita telah memasuki suatu zaman dimana gelombang arus perubahan begitu tidak menentu. Masa kebangunan Republik yang kita cintai ini dari sakit panjang (krisis di Republik) tak kunjung datang. Musim pancaroba yang kita alami terlalu panjang dan tidak menentu. Sementara, kita semua sadar nasib bangsa kita tidaklah mungkin akan menjadi lebih baik tanpa "kita" sendiri yang memperjuangkan. Kebangunan kita adalah hanya semata-mata hasil keringat kita. Pendiri republik ini bilang, Sukarno bilang, hendaklah kamu jangan menjadi bangsa yang adem anteng yang "memeteti burung perkutut sambil meminum teh nas gi tel" karena bangsa yang seperti itu hanya menunggu waktu untuk HANCUR LEBUR ditengah-tengah persaingan bangsa-bangsa lain yang berjuang untuk hidup!! Ke-Cinta-an kita terhadap negri ini yang pas mejadi semangat zaman (zeitgeist) di era keterpurukan seperti saat sekarang. Ke-CINTA-an kita terhadap tanah tumpah darah lah yang akan mampu menjadi senjata ampuh bagi anak-anak di zaman krisis untuk memperjuangkan kejayaan Republik ini kelak kemudian hari. Kita harus persiapkan semua usaha-usaha kebangunan menuju tercapainya cita-cita Republik seperti amanat UUD45 dan semangat gotong royong adalah kendaraan kita. Karena jangan sampai kapal Republik ini oleng sepeninggal tokoh-tokoh besar di Republik tercinta ini. Amanat para pendiri Republik merupakan pegangan kita agar menjadi bangsa yang kuat di tengah terpaan topan dan badai yang siapmenghancur leburkan kapal Rebublik. Warisi apinya!! warisi semangatnya! Merdeka!! Merubah Indonesia dari dalam negri!! Biarkan anak-anak zaman ikut menentukan arah bangsa. Salam Perjuangan, Semangat Penekindi Debaya!!!!!!

02.24
very_oe02
3 comments

Kaderisasi Organisasi
Sebuah Proses Jangka Panjang

Oleh:
Feri Wahyudi
IKATAN PELAJAR MAHASISWA SEBATIK (IPMS) makassar

KELUARGA PELAJAR MAHASISWA KALIMANTAN TIMUR (KPMKT) CAB.MAKASSAR
2007


Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi.
Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi. Kecuali bila organisasi anda adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda sendiri. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya. m
Sebuah organisasi dapat kita analogikan sebagai sebuah bangunan. Sebuah bangunan tentunya harus memiliki pondasi yang kuat agar bangunan tersebut dapat tetap kokoh. Dalam sebuah organisasi salah satu pondasi yang diprelukan adalah kaderisasi. Kaderisasi dalam sebuah organisasi dapat kita artikan sebagai proses penurunan nilai kepada individu dimana nilai atau nilai-nilai tersebut adalah sesuatu yang memang dibutuhkan untuk menyiapkan individu tersebut melaksanakan tujuan organisasi yang mengkadernya.
Kaderisasi merupakan merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”


Kaderisasi Organisasi : Sebuah Proses Jangka Panjang

Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan! Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta “sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa dan etos seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-problema sosial lingkungannya.
Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang harus mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus ditemukan upaya mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi. Kader-kader potensial, setelah mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem yang telah diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan berkreasi seoptimal mungkin. Maka, di sini, organisasi/pergerakan dituntut untuk dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang sepatutnya organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang namanya organsiasi/pergerakan berarti terobsesi progresif bergerak maju dengan satu organisasi yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya?
Gagalnya Kaderisasi
Apa yang terjadi bila Kaderisasi gagal? Yang akan terjadi adalah, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya. Generasi tua akan selalu memikul beban sejarah sendiri, selamanya. Gejala yang tampak dari luar, antara lain: rangkap jabatan, sulit suksesi (pergantian) pengurus karena tidak ada yang mau mengabdi bagi organisasi sosial, anggota yang merasa tertipu karena kenyataan tidak semanis yang dijanjikan lalu meninggalkan organisasi, kegiatan / proker tidak berjalan, eksistensi di masyarakat menurun, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.
Mengapa kaderisasi gagal? Ini pertanyaan klasik, dan harganya sangat murah. Orang sebelum anda, senior, alumni, biasanya akan selalu membandingkan bahwa dulu kondisinya tidak seperti sekarang. Romantisme perjuangan mereka mengalir lengkap dengan bumbu-bumbu. Jangan terlena dengan cerita! buatlah romantisme perjuangan anda sendiri, dan berikan harga yang mahal bagi kaderisasi.
Kaderisasi gagal biasanya terjadi karena beberapa hal :
1. Pelatih/Senior tidak memiliki kemampuan melatih
2. Pelatih/Senior tidak memiliki kemauan melatih
3. Tidak ada anggota/kader untuk dilatih.
Sebab kesatu muncul karena senior hanya bersandar kepada pengalaman yang dimiliki. Seorang pelatih yang baik mutlak perlu cukup bacaan. Inilah yang membedakan seorang tukang dengan insinyur. Dalam kaderisasi, pelatih / senior harus mampu mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.
Sebab kedua yang paling memprihatinkan. Kemauan adalah awal dari semuanya terjadi. Jika tidak ada kemauan melatih dari senior anda, maka carilah orang lain. Jika tidak ada, jadilah pelatih bagi anda dan teman-teman. Jangan biarkan orang yang sedang sekarat ini membuat mati organisasi anda.
Sebab ketiga adalah alasan mengapa organisasi harus melakukan penerimaan anggota. Janjikanlah kepada calon anggota, hal-hal yang bisa organisasi berikan. Jangan belagak seperti kebanyakan politikus : over promise under deliver . Ada yang mungkin mengatakan tidak penting kuantitas anggota yang penting kualitas. Realitas menyatakan sebaliknya.
Kuantitas dulu baru kualitas. Dalam perjalanan organisasi kualitas seorang kader akan diuji oleh komitmennya, dan yang pasti: waktu. Seberapa lama ia mampu bertahan, dan memberikan yang terbaik.

KPMKT Cab.Makassar : Kaderisasi = Eksistensi
KPMKT sebagai sebuah organisasi Pelajar dan mahasiswa asal Provinsi Kalimantan Timur di Makassar ini, sudah selayaknya memikirkan sebuah sistem pengkaderan yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga mampu memproduksi kader-kader potensial dan handal yang siap menjalankan fungsi dan idealisme organisasi secara terukur dan terarah. Sudah untuk kesekian kalinya KPMKT menyelenggarakan LKDM (Latihan Kader Dasar Manajemen) yang digelar secara berkala setiap tahunnya. Pengkaderan KPMKT ala LKDM ini, perlu dilakukan evaluasi tentang kelayakan dan efektifitasnya sebagai wadah pengkaderan organisasi pelajar dan mahasiswa yang berbasis pendidikan. Perlu dirumuskan kembali nukta-nukta paradigma kaderisasi yang kondusif bagi KPMKT sebagai lembaga pelajar dan mahasiswa. Pertama, dari segi penamaan, LKDM yang berarti Latihan Kader Dasar Manajemen mengandung konotasi bahwa pengkaderan ini menjadi “ladang” bagi penemuan dan pembentukan kader-kader organisasi yang siap mengisi posisi struktural pada hirarki kerja dalam tubuh KPMKT, dan itu berarti penamaan LKDM lebih pada dimensi administratif-organisasi daripada dimensi sosial-kemanusiaan. Sedangkan melihat kepada fungsi dan peran KPMKT sebagai sebuah lembaga organisasi yang berbasaskan kekeluargaan dan berbasis pendidikan sejatinya menjadikan institusi kaderisasinya tidak hanya mengandalkan keterampilan dan manajemen administrasi-organisasi, tetapi lebih jauh dari itu, harus mampu membangun paradigma berpikir dan berkarya ke arah orientasi aksi sosial. Membangun kesadaran tanggung jawab dan sensibilitas sosial. Mampu merespon setiap perkembangan aktualita sosial-masyarakat dengan segala dimensinya.
Maka untuk tujuan itu, Kedua, perlu dipikirkan bersama format kurikulum pendidikan dan pelatihan yang rekonstruktif dan progresif. Perlu dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan aksi sosial dalam level general, berupa penumbuhan dan stimulasi etos intelektual dan sosial. Jadi, bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai—entitas mahasiswa—dan aktifitas aksi sosial sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai tekstual-normatif. Dengan kata lain, harus ditemukan titik keseimbangan antara nilai-nilai tekstual-normatif tadi dengan realitas-kontekstualnya. Pada titik inilah, kaderisasi yang diharapkan dari institusi KPMKT dapat menemukan relevansi sejarahnya.


Meninjau Pembahasan di atas, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.
2. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi
3. Tampaknya perlu dicermati kembali urgensi dari kaderisasi berkala yang dilakukan oleh KPMKT (LKDM[?], atau apapun namanya). Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya.
4. Selain melalui hal-hal yang sifatnya formal, kaderisasi informal dalam bentuk kegiatan juga tidak kurang pentingnya. Melalui kegiatan bersama, junior / anggota baru bisa melihat, belajar bagaimana cara me-manage tim, waktu, keuangan, rekan kerja dan sebagainya.
5. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan.

Label:

02.16
very_oe02
1 comments

PROBLEM SOLVING

PROBLEM SOLVING
Feri Wahyudi

Masalah : Sebuah Blokade yang Harus di Singkirkan
Menjadi manusia efektif tidak saja menuntut optimalisasi keunggulan semata melainkan ada kebutuhan lain yang sebesar optimalisasi, yaitu menyingkirkan blokade. Blokade adalah barrier (halangan / problem) yang menghambat potensi kita untuk dapat berfungsi seperti yang kita maksudkan sehingga akhirnya menjadi tidak efektif atau banyak menelan pemborosan energi, waktu dan konsentrasi. Ibarat sebuah talang, jika air tidak mengalir selancar yang seharusnya terjadi berarti terdapat kemungkinan tanda tanya, “there is something technically/strategically wrong”. Bisa jadi talang itu bocor dan membuat kucuran air membanjiri tempat lain yang tidak diinginkan atau aliran air terhalang oleh tumpukan benda-benda kecil. Peristiwa di mana orang menjalani hidup tidak efektif (sebagaimana talang) tidak selamanya disebabkan oleh faktor ketidakmampuan (over-burden) tetapi oleh adanya kebocoran atau kemampetan.
“Semua orang punya masalah”, sebuah ungkapan yang seringkali kita dengarkan, entah mungkin karena masalah memang selalu menjadi bagian dalam hidup manusia, ataupun karena potensi-potensi untuk mendapatkan masalah selalu ada pada setiap individu, hal ini mengutip sebuah ungkapan lagi yang menyatakan “no body is perfect”. Lalu apakah sebenarnya definisi dari masalah itu sendiri?, Tak ada definisi yang jelas mengenai apa sebenarnya masalah itu, akan tetapi sebagian filsuf mentakan bahwa masalah terjadi ketika tidak berkesinambungannya antara harapan-harapan dan kenyataan. Sebuah masalah terjadi karena adanya hokum sebab akibat, sebuah masalah pasti ada penyebabnya, dan bias jadi suau akibat yang di timbulkan oleh sebab-sebab tertentu akan menghasilkan maslah (akibat-akibat) yang lain pula.
Bagaimana pula seharusnya kita sebagai individu khususnya di masa remaja yang merupakan masa yang penuh gejolak dengan segenap permasalahan yang kompleks pada masa-masa perkembangan mental dan psikologis ini?.
Pada masa usia remaja, mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja , seseorang mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri (self-awareness). Dimana seseorang akan sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena ia menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritiknya seperti ia mengagumi atau mengkritik dirinya sendiri. Anggapan itu membuat seorang remaja sangat memperhatikan dirinya dan citra yang direfleksikan (self-image).

“every one have a different way to answer”
Beberapa masalah dan keputusan sangat menantang, dan membutuhkan sejumlah pemikiran, emosi, dan penelitian. Langkah-langkah pedoman ini dirancang untuk membantu kita untuk membuat keputusan yang baik.
Kemauan - Mengutamakan yang Utama
Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup teratur - mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan disiplin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.
Kesadaran Diri - Proaktif
Hal yang pertama yang patut menjadi perhatian adalah, kesadaran dari diri individu itu sendiri, bagaimana untuk menghadapi suatu permasalahan. Kesadaran-diri adalah kemampuan kunci untuk memahami orang lain dan dunia ini ‘what is happening and how something takes the process to happen’. Bahkan kesadaran diri merupakan pintu untuk mengenal di mana sebenarnya keunggulan /kelemahan diri kita. Dengan kesadaran-diri yang tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas bumi dan tidak ragu-ragu dalam bertindak. Kemampuan tentang kesadaran-diri apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif: memiliki kemampuan untuk memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan.
Semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah. Pada level aktualisasi kemampuan yang rendah, kebiasaan hidup yang dihasilkan tidak efektif ( talang bocor) yaitu kebiasaan reaktif – tidak memiliki kemampuan memilih alias dibentuk oleh bagaimana orang lain dan keadaan membentuknya. Di level ini semua persoalan besar/kecil akan membuat dirinya ‘bingung’ - terombang ambing, bahkan bisa jadi tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil.
Keleluasaan – Langkah Taktis
Prosedur ini tampak seperti kalau seseorang bergerak teratur langkah demi langkah. Bukan hal ini yang dimaksud. Langkah-langkah ini memudahkan mempersiapkan suatu struktur kerjaterhadap permasalahan . Semua ini tumpang tindih, dan kita boleh kembali pada langkah awal atau mengerjakannya secara serentak, sejauh kita masih berpikir ini sebagai pemecahan yang terbaik.
Contoh Fleksibilitas (kelenturan):
· Informasi terjadi di semua langkah, berawal dari pengenalan masalah dan penerapan pemecahannya.
· Informasi baru dapat mendorong kita untuk mendifinisikan kembali permasalahan.
· Alternatif mungkin tidak dapat dikerjakan, dan kita harus menemukan sesuatu yang lain.
· Beberapa langkah mungkin dapat digabungkan atau disederhanakan
Teknik-teknik penyesuaian pemecahan masalah merupakan gabungan antara logika dan daya pikir, dan jika tidak tepat, akan menciptakan jalan keluar yang kurang memuaskan.

Label:

Free Web Hit Counters
satellite hd tv receiver